-->

Mahasiswa Muhammadiyah Jember Temukan Resep Pemanfaatan Limbah Bonggol Pisang Sebagai Bioetanol

Mahasiswa Muhammadiyah Jember Temukan Resep Pemanfaatan Limbah Bonggol Pisang Sebagai Bioetanol
illustrasi: Penulis

Penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi sudah lama menemani kehidupan manusia. Terlihat sebagai sumber energi yang sangat sangat melimpah keberadaannya menjadikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama sejak puluhan tahun lalu. Padahal seperti yang sobat tau bahan bakar fosil ini memberikan pengaruh buruk terhadap masa depan lingkungan serta Kesehatan manusia, contohnya saja polusi yang mengganggu Kesehatan, efek gas rumah kaca yang menipiskan lapisan ozon hingga mengakibatkan pemanasan global. Kini, masalah lain datang dari mulai nampaknya kelangkaan bahan bakar fosil yang mengancam cadangan bahan bakar fosil di Indonesia dimana diperkirakan akan habis dalam beberapa tahun kedepan. Dilansir dari website resmi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Indonesia kini berada dalam keadaan darurat energi dengan sisa cadangan bahan bakar fosil, seperti gas bumi dan batu bara yang  akan habis dalam rentan waktu 22 tahun dan 65 tahun. Pastinya akan sangat mengerikan bukan jika kita belum menemukan sumber energi alternatif penggantinya.

Pemanfaatan EBT (Energi Baru terbarukan) sekarang mulai dikembangkan di berbagai daerah untuk mengatasi ancaman habisnya cadangan sumber energi bahan bakar fosil. Nah, taukah kalian jika selain menggunakan EBT, salah satu bahan bakar yang dapat menggantikan penggunaan bahan bakar fosil adalah Biofuel atau bahan bakar nabati. Mengetauhi hal ini, pastikan juga kini kalian lebih bijak dalam penggunaan media atau alat yang memerluhkan energi dari bahan bakar fosi.

Dalam proses optimalisasi penggunaan sumber energi alternatif seperti biofuel sebagai pengganti bahan bakar fosil perlu adanya beragam pengembangan penelitian dari berbagai pihak termasuk generasi bangsa. Disinilah mahasiswa sebagai agent of change sebisa mungkin diharapkan berkontribusi terhadap perubahan yang lebih baik bagi masa depan negara termasuk dalam kajian perbaikan iklim. Seperti yang dilakukan mahasiswa dari program studi Teknik mesin, Universitas Muhammadiyah Jember yang berhasil menemukan sebuah resep untuk dapat mengubah limbah bonggol pisang sebagai bahan bioetanol. Penelitian yang dilakukan oleh Aris Efendi beserta dosen pembimbing Kosjoko dan Andik Irawan  ini adalah langkah solutif dalam pencarian energi alternatif sekaligus dorongan bagi penelitian similar lainnya.

Apasih “BIOFUEL” itu dan Bagaimana Dampaknya

Yayasan Madani Berkelanjutan melalui websitenya menjelaskan definisi dari Biofuel sendiri adalah bahan bakar yang bersumber dari biomassa atau materi dari tumbuhan dan hewan, namun lebih cenderung dari tumbuhan. Biofuel ini terbagi atas beberapa jenis sob, yaitu bioetanol, biodesel, dan biogas.

Bioetanol merupakan alkohol yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, baik tumbuhan matang seperti gandum, ubi-ubian, buah-buahan hingga limbah sayuran. Dalam proses mendapatkan alkoholnya, tumbuhan yang dapat digunakan terlebih dahulu harus melalui proses fermentasi.

Kemudian ada biodesel, ini adalah bahan bakar yang terbentuk dari minyak kedelai, minyak rapeseed, minyak buah jarak hingga minyak bunga matahari. Pembuatan biodesel sendiri melalui proses transesterifikasi dari bahanbaku yang sesuai yang direaksikan dengan senyawa alcohol seperti methanol.

Dan yang terakhir adalah biogas atau bahan bakar yang bersumber dari hasil fermentasi sampah tumbuhan serta hasil ekskresi (feses) dari manusia dan hewan. Dalam proses fermentasinya, sampah atau kotoran ini akan mengeluarkan gas yang mana gas inilah kemudian disebut dengan biogas. Penggunaan biogas juga terbilang lebih baik dari pada bahan bakar batu bara hal tersebut dikarenakan produksi karbon dioksidanya yang jauh lebih sedikit.

Menurut Departemen Energi Amerika Serikat, biofuel seperti etanol dapat menghasilkan karbon dioksida yang lebih sedikit hingga 48 persen dibandingkan bahan bakar fosil seperti bensin konvensional, sementara pada jenis biodiesel hanya melepaskan seperempat jumlah karbon dioksida dari pada yang dikeluarkan diesel konvensional. Dari pernyataan inilah dapat disimpulkan bahwa penggunaan biofuel sangat ramah lingkungan dari pada bahan bakar fosil yang membuat kondisi iklim semakin memprihatinkan. Yuk, mulai berkontribusi dalam perbaikan iklim bumi untuk tempat hidup generasi kita, ingat sob “there not a planet B”.

Latar Belakang Pemilihan Limbah Bonggol Pisang

Memandang kondisi cadangan bahan bakar fosil dan populasi penduduk yang terus meningkat, ditambah dengan kegiatan industri, pembangkit listrik dan bahan bakar kendaraan bermotor di Indonesia yang masih memprioritaskan penggunaan bahan bakar fosil. Menciptakan sebuah padangan akan hancurnya iklim bumi akibat dampak buruk bahan bakar fosil di masa depan, ditambah lagi pada kenyataannya bahan bakar fosil ini memiliki nilai yang terbatas akan sangat mengkhawatirkan jika bahan bakar fosil ini habis namun masih belum mendapatkan solusi penggantinya sebagai sumber energi.

Beragaman penelitian mengenai sumber energi pengganti bahan bakar fosil pada awalnya menemukan etanol sebagai alternatifnya, sumber energi ini menghasilkan hasil pembakaran yang lebih bersih dari pada bahan bakar fosil. Etanol sendiri kini telah digunakan sebagai bahan bakar di beberapa negara seperti Brazil dan Amerika sebagai upaya untuk memperbaiki iklim.

Pemilihan bonggol pisang sebagai sumber energi alternatif juga bukan tanpa sebab, memandang kondisi alam di Indonesia yang mana penduduknya masih erat dengan pemanfaatan tumbuhan-tumbuhan seperti ubi-ubian dan buah-buhan menciptakan suatu pemikiran untuk dapat membentuk sebuah bioetanol dengan menggunakan sumber daya yang melimpah. Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif dari hasil fermentasi tanaman yang mengandung kandungan gula, pati, atau selulosa tinggi, yang dapat menghasilkan etanol murni untuk bahan alternatif.

Diantara berbagai tumbuhan yang berpotensi dalam pembentukan bioetanol, pisang menjadi fokus utama dalam pengembangan sumber energi alternatif. Tanaman pisang diambil karena penyebarannya yang merata di seluruh wilayah. Pisang juga menjadi sebuah komoditas buah yang diunggulkan di banyak wilayah terutama karena dengan umur yang singkat, pisang dapat di panen sepanjang tahun.

Seluruh bagian dari pohon pisang dapat dimanfaatkan baik sebagai bahan konsumsi atau material produksi seperti daunnya sebagai pembungkus. Namun, sisa pemanfaatan biasanya hanya dibuang begitu saja sebagai pupuk alami atau bahkan dibiarkan begitu saja dan membuat lingkungan tercemar.

Bonggol pisang adalah salah satu bagian yang jarang digunakan, biasanya penggunaannya sering kali hanya digunakan sebagai obat herbal masalah pencernaan. Jauh dari sekedar itu, penelitian yang dilakukan mahsiswa Universitas Muhammadiyah Jember ini berhasil mengidentifikasi kandungan dalam bonggol pisang yang mana terdiri atas 76% pati, 20% air, sisanya protein dan vitamin yang mana kandungan karbohidrat  bonggol pisang ini memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar nabati (bioetanol).

Resep Ajaib Menjadikan Bonggol Pisang Menjadi Bioetanol dari Mahasiswa UNMUH Jember

Dari hasil penelitian yang dilakukan mahasiswa Muhammadiyah didapati cara yang tidak terlalu rumit terkait pembentukan bonggol pisang menjadi bioethanol. Pertama limbah bonggol pisang harus melalui proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat (pati) dengan menggunakan bantuan mikroorganisme.

Kemudian agar dapat menghasilkan produksi bioetanol dari kandungan pati atau karbohidrat di bonggol pisang ini perlu dilakukan proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa). Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, seperti menggunakan metode hidrolisis asam dan secara enzimatis.

Glukosa dari hasil konversi tersebut kini harus difermentasikan dengan campuran yeast atau ragi untuk dapat diperoleh bioetanol. Tidak selesai disini, untuk mendapatkan bioetanol dengan nilai kadar yang lebih tinggi, bioetanol yang didapat ini harus melalui proses destilasi atau pemisahan suatu komponen terlebih dahulu dengan menggunakan panas di titik didihnya. Dijelaskan juga pada jurnal penelitian mereka, untuk mendapatkan kadar etanol 95% yang mana akan sangat bagus dalam penggunaannya sebagai sumber energi alternatif, alkohol harus dipanaskan pada titik didihnya 78,4°C.

Jadi dapat disimpulkan untuk dapat mengubah bonggol pisang menjadi bioetanol harus melalui 3 tahapan proses terlebih dahulu yaitu: pengukuran hidrolisis asam, tahap fermentasi dan tahap distilasi.

Penggunaan bioetanol ini dinilai lebih ramah terhadap lingkungan, sebab bioetanol tidak menimbulkan gas emisi sebanyak bahan bakar fosil. Ditambah lagi nilai oktan yang dihasilkan bioetanol ini lebih tinggi dari pada bahan bakar fosil, dimana pada umumnya oktan bensin hanya 85-96, nilai oktan bioetanol ini lebih tinggi dengan nilai 96-113.

Bagaimana? Selain menarik karena dimanfaatkan dari bahan sisa, bioetanol memiliki manfaat yang jauh lebih baik dan tidak ada ruginya untuk mulai berganti menggunakan sumber energi alternatif ini.

 

sumber refrensi:
Jurnal "Pemanfaatan Limbah Bonggol Pisang Sebagai Bioetanol Menggunakan Pretreatment NPK, Urea, Tetes Tebu" diakses melalui http://repository.unmuhjember.ac.id/683/1/Jurnal.pdf

https://madaniberkelanjutan.id/2021/10/05/apa-itu-biofuel-bahan-bakar-nabati


3 Responses to "Mahasiswa Muhammadiyah Jember Temukan Resep Pemanfaatan Limbah Bonggol Pisang Sebagai Bioetanol"

  1. sangat produktif ya kak, keren. tulisan yang bagus kak

    ReplyDelete
  2. Inovasiinya tuh lohhh luvv luvv bgt

    ReplyDelete
  3. kok kaya gapernah ter publish ya, padahal keren bgt

    ReplyDelete

jangan diisi

iklan dalam artikel

iklan display

Iklan dalam feed