-->

Optimalisasi Penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Sumatera dan Pemerataan Aliran Lisrik

 

energi baru terbaruka bermanfaat bagi masa depan bangsa
sumber foto: instagram @IESR

Sumatera menjadi salah satu pulau terbesar di Indonesia, bahkan dengan luas mencapai 480.793 km², Sumatera berhasil menduduki peringkat 6 sebagai pulau terbesar di dunia. Dengan peringkat sebagai wilayah yang sangat luas, pulau Sumatera tentunya harus memiliki banyak sumber pembangkit untuk dapat mencukupi kebutuhan disana. Untuk mencukupi kebutuhan konsumsi listrik di Sumatera, telah didirikan 3 pembangkit listrik tenaga batubara (Lignit) yaitu PLTU Lau Renun, PLTU 2 Sumatera Utara dan PLTU Sumatera Barat, kemudian satu Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Unit Pembangkitan Talang Duku, serta telah didukung juga dengan 6 sumber Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang merupakan sumber energi terbarukan, diantaranya PLTA Sipansihaporas, PLTA Asahan I, PLTA Sigura-gura, PLTA Tangga, PLTA Maninjau dan PLTA Singkarak.

Dilihat dari jumlah sumber pembangkit listriknya, penggunaan sumber energi terbarukan di Sumatera lebih banyak dari pada pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil (termal). Karena jumlahnya yang lebih banyak, tidak heran jika total kapasitas dari sumber pembangkit listrik dari penggunaan energi terbarukan jauh lebih banyak dengan total kapasitas 1086,5 MW, angka ini cukup jauh berbeda dari sumber pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil (termal) yang hanya memiliki total kapasitas 716 MW.

Angka perbedaan yang signifikat ini sangat diharapkan dapat mejadi awal yang baik dalam penggunaan sumber enegi terbarukan sebagai suber energi listrik dan tidak hanya pada wilayah Sumatera saja namun juga diseluruh dunia. Energi terbaruan memiliki jumlah yang tidak terbatas, berbeda dengan energi tak terbarukan seperti bahan bakar fosil yang jumlahnya terbatas. Pada pengujung tahun 2020, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif menjelaskan total cadangan minyak bumi milik Indonesia yang mana jika tidak ditemukan cadangan fosil baru, maka cadangan ini akan habis pada kurun waktu 9 tahun kedepan. 

"Dengan asumsi tidak ada penemuan cadangan fosil yang baru, maka ini akan habis dalam waktu 9 tahun," ujar Arifin saat Webinar Potret Energi Indonesia di Jakarta, Rabu (21/10/2020).

“Coba bayangkan, kondisi yang akan datang nantinya jika cadangan tersebut habis dan belum ditemukan  sumber energi alternatif, sangat mengerikan bukan?”


Keunggulan Energi Terbarukan Dibandingkan Bahan Bakar Fosil

Peralihan penggunaan energi terbarukan kurang begitu diminati karena besarnya biaya instalasi awal sangat besar, misalnya saja pembangunan bendungan untuk PLTA yang tidak menghapus kemungkinan untuk merelokasi wilayah pemukiman penduduk. Besarnya pengeluaran dan dapat timbulnya kontra di masyarakat yang terdampak relokasi ini menjadi persoalan tersendiri dalam pembangunan pembangkit sumber energi alternaif atau terbarukan.

Padahal jika dilihat lebih jauh, pembangunan ini akan berdampak baik dalam jangka panjangnya, berbeda dengan bahan baka fosil yang semakin berkurang jumlahnya dan akhirnya terjadi kelangkaan. Dengan menggunakan energi terbarukan kita tidak perlu khawatir akan pasokannya yang dapat habis. Selain itu dampaknya kepada lingkungan juga jauh lebih baik, kadar polusi yang dihasilkan jauh lebih sedikit dari pada bahan bakar fosil, oleh sebab itu pengunaannya dalam jangka panjang akan lebih baik dibanding bahan bakar fosil yang menghasilkan gas karbon dioksida dan gas berbahaya lain bagi lingkungan dan makhluk hidup termasuk manusia. Dapat dipastikan juga jika peralihan menuju energi terbarukan ini dapat berkontribusi bagi pengurangan polusi udara dan ikut memperbaiki lapisan ozon yang menipis.

dampak buruk bahan bakar fosil di lingkungan Jakarta
illustrasi (contoh: Jakarta), Sumber: Instagrm @energibaik_id


Perkembangan Energi Terbarukan di Sumatera 

Penggunaan energi terbarukan sebagai sumber energi di Sumatera sudah dimulai sejak lama, tercatat sebelum tahun 2000 di Sumatera telah berdiri 4 sumber pembangkit energi terbarukan, diantaranya PLTA Sigura-gura (1983), PLTA Tangga (1983), PLTA Maninjau (1983) dan PLTA Singkarak (1998). Sementara pada tahun 2000 keatas pembangunan sumber energi terbarukan ini menjadi lebih sedikit dibanding sebelumnya yaitu PLTA Sipansihaporas (2002) dan PLTA Asahan I (2011).

Perkembangan penggunaan energi terbarukan di Sumatera terus dilakukan dan telah memiliki targetnya pada beberapa tahun kedepan. Berdasarkan penjelasan Direktur Bisnis PT PLN Regional Sumatera, Wiluyo Kusdwiharto, disebutkan bahwa jika saat ini 21% pembangkit listrik di Sumatera berasal dari sumber energi terbarukan, dan dapat dipastikan jika angka tersebut dapat berubah naik menjadi 23% pada tahun 2025.

Saat ini upaya peningkatan pembangkit bersumber energi terbarukan di Sumatera berfokus pada instalasi PLTA. Total terdapat 91 sungai yang ada di Sumatera yang mana salah satunya masuk dalam 4 besar sungai terpanjang di Indonesia, yaitu sungai Batang Hari. Dengan panjang 800 km sungai ini membentang dengan hulunya di gunung Rasan dan bermuara di muara Sabak bagian timur Sumatera. Kondisi alam yang sangat mendukung dalam pembentukan PLTA ini harusnya dapat dimanfaatkan dengan bijak agar penggunaan sumber energi terbarukan di Sumatera dapat berjalan dengan lebih baik.


Wilayah yang Belum Teraliri Listrik di Sumatera dan Perkembangannya

mengatasi masalah wilayh yang tidak mendapat aliran listrik
sumber gambar: instagram @energibaik_id

Selain berupaya dalam melakukan perubahan positif melalui penggunaan energi alternatif, perhatian kepada peningkatan sarana dan prasarana daerah 3T juga harus terus ditingkatkan agar kehidupan seluruh masyarakat menjadi lebih sejahtera. Daerah 3T (Terdepan, Terpencil, Tertinggal) adalah daerah terluar yan  lokasinya berada jauh dari wilayah inti dan seringkali memiliki karakteristik infrastruktur yang kurang baik termasuk pada belum teralirinya listrik.

Di Sumatera sendiri masih terdapat cukup banyak daerah 3T diantaranya, Aceh singkil di Provinsi Aceh, Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat di provinsi Sumatera Utara, Kepulauan Mentawai, Solok Selatan, Pasaman Barat di Provinsi Sumatera Barat, Musi Rawas, Musi Rawas Utara di Provinsi Sumatera Utara, Seluma di Provinsi Bengkulu, dan Lampung Barat, Pesisir Barat di Provinsi Lampung.

Pada awal tahun 2020 setelah berhasil mengaliri desa Suka Makmur di Aceh Singkil, Aceh telah berhasil menyusul Bengkulu dalam mengaliri listrik pada seluruh desanya. Hingga tahun 2021 upaya untuk mengaliri listrik di seluruh Sumatera masih terus dalam proses pengerjaan dan telah mendapat perkembangan dari tahun sebelumnya. Seperti wilayah Sumatera Utara yang mengalami peningkatan 2,77% dari tahun lalu, Sumatera Barat telah berhasil mencapai angka  99,40% atau menyisakan 7 desa lagi yang belum teraliri listrik, Sumatera Selatan mengejar 1% terakhir pada tahun 2021 serta Lampung yang telah berhasil mengaliri listrik 6 desanya pada Juni 2021.

Dalam mencapai target teralirinya listrik 100%, pastinya akan menambah konsumsi listrik dan PLN harus mempersiapkan penambahan kapasitas untuk mengatasi pelonjakan yang terjadi. Biaya yang tidak sedikit ditambah jumlah bahan bakar fosil yang kian menipis menjadi hambatan dalam pencapaian target pemerataan listrik ini. Pemanfaatan energi terbarukan yang tidak terbatas menjadi satu-satunya pilihan dalam mengatasi permasalahan yang ada, baik dengan penambahan kapasitas di setiap sumber pembangkitnya atau dengan penambahan instalasi sumber pembangkit dari energi terbarukan, penggunaan energi terbarukan menjadi opsi terbaik dalam persiapan langkahnya bahan bakar fosil.


Proses Optimalisasi Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) Sumatera

Pembangunan pembangkit dari energi terbarukan terus dikejar untuk memenuhi kebutuhan listrik dan perbaikan kondisi lngkungan, dalam proses optimalisasi ini kawasan Sumatera sudah mulai dibangun PLTA lain seperti PLTA Asahan 3 di Kbupaten Gowa yang berkapasitas 2x87 Megawaat (MW) yang diprediksi akan mulai dioprasikan pada tahun 2024. Kemudian pembangunan PLTA Batang Toru yang mengalami keterlambatan dari target awal akan rampung pada 2022 mundur menjadi tahun 2025. 

President Director PT Terregra Asia Energy Tbk, Djani Sutedja menjelaskan jika kini sedang menjalin Kerjasama dengan PT Terregra Asia Energy Tbk dalam upaya pencapian target kontribusi energi terbarukan pada 2024. Rencana proyek ini adalah pembangunan 2 PLTA di Nanggroe Aceh Darussalam dengan total kapasitas 467 MW dan di wilayah Sumatera Utara akan dibangun juga 5 PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro) yang memiliki  power purchase agreement (PPA) dengan PLN dengan kapasitas total 42,98 MW.

Dengan perkembangan yang terus dilakukan serta pengejaran sisa cadangan bahan bakar fosil, tidak menutup kemungkinan jika Sumatera dapat mencapai target 50% listrik menggunakan energi terbarukan. Wilayah Sumatra memiliki potensi yang tinggi dalam keberhasilan penggunaan sumber energi terbarukan, dengan pemanfaatan yang maksimal tidak akan ada lagi wilayah tertinggal yang tidak mendapat akses listrik. Pemanfaatan energi terbarukan sangat berdampak baik bagi lingkungan dan pulihya lapisan ozon, namun masih terdapat kontra dalam pembangunannya terutama yang melibatkan penggeseran wilayah atau alih fungsi lahan seperti pembangunan PLTA Batang Toru yang pembangunannya dikecam karena mengganggu habitat asli Orangutan Tapanuli, dengan tetap mempedulikan konservasi pembangunan PLTA dapat tetap berjalan meskipun terhambat karena pihak pengembang membutuhkan waktu lebih hingga bertahun-tahun untuk emnemukan solusinya. 

jumlah kata (tanpa daftar pustaka) : 1261 kata

daftar pustaka:

https://rri.co.id/bandar-lampung/daerah/1082419/pln-uid-lampung-terangi-6-desa-yang-belum-teraliri-listrik-di-kabupaten-tanggamus

https://dayamaya.id/daftar-daerah/

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/13/101200226/21-persen-pembangkit-listrik-sumatera-berasal-dari-energi-baru-terbarukan

https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view/0000/api_pub/UFpWMmJZOVZlZTJnc1pXaHhDV1hPQT09/da_01

https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pembangkit_listrik_di_Indonesia

https://www.liputan6.com/bisnis/read/4387986/cadangan-energi-fosil-indonesia-tinggal-9-tahun

https://mahasiswaenergiite.wixsite.com/energiitera/post-1/kelebihan-dan-kekurangan-energi-baru-dan-terbarukan

http://www.directenergycentre.com/keunggulan-sumber-energi-terbarukan-yang-populer/

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/13/101200226/21-persen-pembangkit-listrik-sumatera-berasal-dari-energi-baru-terbarukan

https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_sungai_di_Sumatra

https://media.neliti.com/media/publications/279967-model-pembangunan-daerah-3t-studi-kasus-1751c2df.pdf

https://aceh.tribunnews.com/2020/01/23/100-desa-di-aceh-sudah-teraliri-listrik-pln-ini-kampung-terakhir-yang-juga-sudah-menikmati?page=2

https://aceh.tribunnews.com/2020/01/23/100-desa-di-aceh-sudah-teraliri-listrik-pln-ini-kampung-terakhir-yang-juga-sudah-menikmati?page=2

https://sumatra.bisnis.com/read/20210108/534/1340391/masih-ada-tujuh-desa-baru-di-sumbar-belum-teraliri-listrik

https://sumatra.bisnis.com/read/20210728/534/1422908/99-persen-wilayah-sumsel-telah-dialiri-listrik#:~:text=Teranyar%2C%20aliran%20listrik%20telah%20masuk,Pelakat%20dan%20Desa%20Tanjung%20Agung.&text=Bisnis.com%2C%20PALEMBANG%20%E2%80%93%20Pemprov,provinsi%20itu%20sudah%20teraliri%20listrik.&text=%E2%80%9CListrik%20ini%20kebutuhan%20utama.

https://industri.kontan.co.id/news/rasio-desa-berlistrik-di-sumatra-utara-capai-9866

https://rri.co.id/bandar-lampung/daerah/1082419/pln-uid-lampung-terangi-6-desa-yang-belum-teraliri-listrik-di-kabupaten-tanggamus

https://ekonomi.bisnis.com/read/20210615/44/1405548/beroperasi-maret-2024-ini-progres-pembangunan-plta-asahan-3

https://www.dunia-energi.com/proyek-plta-batang-toru-molor-hingga-2025/

0 Response to "Optimalisasi Penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Sumatera dan Pemerataan Aliran Lisrik"

Post a Comment

jangan diisi

iklan dalam artikel

iklan display

Iklan dalam feed