-->

Mengenal Manfaat Singkong Sebagai Sumber Bioetanol: Potensi Sumber Energi Bersih Untuk Masa Depan

Pada Januari 2006, Gasohol E-10 secara resmi diluncurkan oleh Menteri Riset dan Teknologi di Jakarta. Sejak saat itu, sebanyak 10 mobil kerja sama BPPT, General Motor, dan Honda Prospect Motor, melakukan sosialisasi penggunaan Gasohol E-10 yang merupakan hasil penelitian dan Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) BPPT di Lampung Mobil-mobil tersebut ditempeli stiker bertuliskan "Bahan bakar mobil ini Gasohol 1E-10, 10% bioetanol Ternyata, bahan baku Gasohol E-10 tersebut dari isingkong atau ubi kayu Pada masa lalu, singkong tidak ada harganya Biasanya singkong dibuat bulgur dan gaplek Konstruksi budaya warisan kolonial yang berlangsung ratusan tahun membentuk persepsi salah dengan menyudutkan singkong sebagai pangan inferior Oleh pemerintah Belanda, singkong yang menjadi bahan dasar gaplek atau tapioka, diperkenalkan sebagai makanan kuli kontrak Makanya, singkong, gaplek, atau tapioka dan pangan jenis pangan ubi-ubian lain dianggap sebagai pangan berkelas rendah.
Gambar Sinkong | Source: Pinterest


"Singkong adalah salah satu bahan baku potensial bioetanol di Indonesia. Konversi singkong ke bioetanol adalah 6,5:1 atau 1.000 kg singkong akan menjadi 166, 6 liter bioetanol"

Pada Januari 2006, Gasohol E-10 secara resmi diluncurkan oleh Menteri Riset dan Teknologi di Jakarta. Sejak saat itu, sebanyak 10 mobil kerja sama BPPT, General Motor, dan Honda Prospect Motor, melakukan sosialisasi penggunaan Gasohol E-10 yang merupakan hasil penelitian dan Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) BPPT di Lampung Mobil-mobil tersebut ditempeli stiker bertuliskan "Bahan bakar mobil ini Gasohol 1E-10, 10% bioetanol Ternyata, bahan baku Gasohol E-10 tersebut dari singkong atau ubi kayu Pada masa lalu, singkong tidak ada harganya Biasanya singkong dibuat bulgur dan gaplek Konstruksi budaya warisan kolonial yang berlangsung ratusan tahun membentuk persepsi salah dengan menyudutkan singkong sebagai pangan inferior Oleh pemerintah Belanda, singkong yang menjadi bahan dasar gaplek atau tapioka, diperkenalkan sebagai makanan kuli kontrak Makanya, singkong, gaplek, atau tapioka dan pangan jenis pangan ubi-ubian lain dianggap sebagai pangan berkelas rendah. 

Sampai sekarang, persepsi semua orang masih be lum banyak berubah. Jika penduduk tidak makan nasi dari beras, dicap sebagai daerah miskin dan pasti hidupnya sengsara. Di Trenggalek dan Pacitan, Jawa Timur, yang jika paceklik warganya makan gaplek, tidak luput dan cap itu

Nasib petani singkong belum banyak berubah. Petani singkong di Lampung yang menggantungkan hidupnya pada singkong sejak ta hun 1970-an ternyata kondisinya tidak berubah semakin baik. Malah, banyak di antara mereka yang menjual kebunnya karena rekor dan terlilit utang untuk kemudian menjadi buruh perkebunan. Di sisi lain, pa brik pengolahan singkong menikmati untung luar biasa besar dari hasil olahan tapioka berikut by product-nya berupa onggok singkong yang diekspor ke Eropa dan Amerika Serikat (AS) Sejak didatangkan per tama kali oleh pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-19 dari Amerika Latin sampai sekarang singkong tetap diorientasikan untuk pasar ekspor. 

Di masa lalu, ubi singkong diekspor ke Eropa untuk bahan baku wiski kelas rendahan. Selain itu, singkong juga diproses menjadi produk tapioka olahan seperti paarl, seeds, vlokken dan shifting, Oleh AS, tepung tapioka impor tersebut digunakan untuk berbagai keperluan dari industri kayu, tekstil sampai industri bahan perekat.

Saat ini singkong banyak diekspor ke AS dan Eropa dalam bentuk tapioka. Di negara-negara itu, singkong dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pembuatan tepung tapioka dan tepung gaplek serta bahan pembuatan alkohol, bioetanol, dan gasohol. Tepung tapioka juga digunakan dalam industri lem, industri kimia, dan tekstil Bahkan, produk utama singkong yang berupa tepung tapioka, tepung gaplek. dan ampas tapioka digunakan dalam industri roti, kue dan kerupuk as Sepanjang era 1990-an, ekspor berbagai produk singkong Indonesia naik sekitar 10% per tahun. Indonesia adalah penghasil ubi kayu urutan keempat di dunia setelah Nigeria, Brasil, dan Thailand Namun pasar ubi kayu dunia dikuasai Thailand, dan Vietnam Dari areal seluas 1,24 juta hektar tahun 2005, produksi ubi kayu Indonesia sebesar 19,5 juta ton Provinsi Lampung adalah penghasil ubi kayu terbesar (24%), kemudian diikuti Provinsi Jawa Timur (20%), Jawa Tengah (19%), Jawa Barat (11%), Nusa Tengggara Timur (4,5%), dan Daerah Istimewa Yogyakarta (4,2%). Di dalam negeri, singkong biasanya hanya digunakan sebagai pakan ternak dan bahan pangan tradisional nomor tiga setelah beras dan ja gung Meskipun demikian, di beberapa daerah, singkong sudah digu nakan sebagai bahan baku industri yang tingkat kebutuhannya mulai bersaing dengan kebutuhan konsumsi langsung.

Di era 1980-an, persisnya tahun 1983, ketika Indonesia masih menikmati oil boom, penelitian bioetanol dari singkong sudah mulai dirintis. Perintisnya adalah B2TP Lampung. Saat itu, produksi singkong di daerah-daerah transmigrasi, seperti di Lampung Tengah dan Tulang Bawang, melimpah. Namun, tak ada pabrik yang mengolahnya menjadi produk jadi, misalnya tapioka Karena itulah, B2TP mengembangkan ri set bioetanol dan singkong. 

Riset berlangsung intensif dan ekstensif, tetapi tidak berkembang, bahkan mati suri akibat menurunnya harga minyak bumi dan pergantian pejabat Bahkan, hasil-hasil riset itu lenyap entah ke mana. Padahal, proyek gasohol atau bioetanol telah tuntas dikaji dan diuji bersama dengan produsen kendaraan bermotor Kini, ketika harga BBM naik dan Indonesia jadi nett importer sementara kemampuan pemerintah mensubsidi kian terbatas, kita harus memulainya dari nol lagi.



0 Response to "Mengenal Manfaat Singkong Sebagai Sumber Bioetanol: Potensi Sumber Energi Bersih Untuk Masa Depan"

Post a Comment

jangan diisi

iklan dalam artikel

iklan display

Iklan dalam feed