-->

Polusi Suara Merusak Psikologi Hayati, "Jangan Berterikan ketika mendaki"

JANGAN BERTERIAK atau MEMBUAT POLUSI SUARA SAAT MENDAKI GUNUNG


@wikipedia

Bagi sebagian orang bahkan juga aku sendiri lebih terkesan ingin berkomentar "Norak" saat mendengar para pendaki yang berteriak-teriak (bukan meminta bantuan (SOS)) ataupum bagi mereka yang memutar lagu dari pemutar musik bentuk apapun dengan volume yang sangat tinggi. Pada dasarnya kita di gunung bukan hanya ada kita saja, ada orang lain yang mencoba mencari ketenangan, ada orang lain yang gak suka kebisingan, ada burung, ada mamalia dan sebagainya pula.

"Woyyy..." "Hoy..." Dengan tanpa tujuan kalimat itu sering aku dengar saat mendaki gunung. Ada juga kalimat sok bijak "semangat bang.." "semangat mbak" yang di lontarkan dengan nada keras dengan maksud di dirinya sendiri agar mensuport orang lain. Tapi tau kah efek membuat kebisingan di gunung selain kepada kuling wisatawan lain yang panas?

Dilansir dari National Geographic, Pakar dari Wildlife Conservation Society, Sarah Reed mengatakan,”Paparan kebisingan yang disebabkan oleh manusia dapat mengubah benyak sisi kehidupan spesies di dalam hutan. Bagi spesies-spesies yang kurang toleran terhadap kebisingan , hal ini menjadi tak menguntungkan bagi mereka dan pada akhirnya, hal ini dapat berakibat pada hilangnya keanekaragaman hayati. Dengan memprediksi dampak kebisingan terhadap burung atau mamalia labih dahulu, kita bisa lebih menyeimbangkan perencanaan tata guna lahan dengan pertimbangan-pertimbangan konservasi.”

@wikipedia - dan besar frekuensi yang dihasilkan manusia dalam percakapan berkisar 250 - 4000 Hz

Masalah kesehatan jiwa juga menjadi ancaman dari polusi suara. hal itu bisa memengaruhi kesehatan psikologis. memicu perilaku agresif, gangguan tidur, stres, kelelahan, hingga hipertensi (tergantung pada jenis satwa yang kurang toleran). Pada penelitian yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, para peneliti menemukan bahwa tiga spesies burung, baik yang dewasa maupun anak burung, menunjukkan banyak tanda stres kronis yang disebabkan oleh polusi suara. Hal itu menunjukan gejala mirip PTSD (Post Traumatic Syndrome Disorder). Bahkan di China di sebutkan polusi suara mampu menghambat panda raksasa mencari pasangan selama masa ovulasi. Burung hantu-pun merasa terganggu dengan kebisingan yang ada saat ia mencari makan.

Peneliti di Queen's University Belfast, Inggris, menyebut suara bising bisa mengganggu komunikasi banyak hewan, yang berdampak pada tempat tinggal ataupun waktu dan energi mereka dalam mencari makanan. potensi dampak terhadap satwa dapat diperkirakan. Dampak tersebut dapat termasuk mengurangi kualitas habitat, mengubah distribusi geografis spesies, mengganggu komunikasi hewan, dan menyebabkan stres.

Kisaran besar frekuensi music box

Jika pembelaan dikatakan dengan "teriak teriak juga gak setiap waktu" "yang teriak paling juga satu dari sepuluh pendaki" dan bla..bla..bla.. lainnya. Inget sob, dengan skala yang sekecil apapun apalagi dilakukan dengan kurun waktu yang lama ataupun berturutan so itu sama aja. Yukk mulai menjaga kelestarian dengan cara yang sangat sederhana.

0 Response to "Polusi Suara Merusak Psikologi Hayati, "Jangan Berterikan ketika mendaki""

Post a Comment

jangan diisi

iklan dalam artikel

iklan display

Iklan dalam feed