HOS Cokroaminoto: Guru Bangsa yang Melahirkan Tokoh Kiri, Kanan, dan Tengah
Sobat sejarah, pernahkah kamu mendengar nama HOS Tjokroaminoto? Jika belum, kamu benar-benar harus mengenal sosok yang satu ini. Di balik penampilannya yang tenang dan karismatik, tersimpan pengaruh yang luar biasa dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. HOS Tjokroaminoto bukan hanya pemimpin Sarekat Islam, tetapi juga guru politik bagi tiga tokoh besar Indonesia: Semaun (kiri), K.H. Karto Soewirjo (kanan), dan Soekarno (tengah). Keren banget, kan?
Siapa Itu HOS Tjokroaminoto?
Nama lengkapnya adalah Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto. Ia lahir di Ponorogo pada 16 Agustus 1882, berasal dari keluarga priyayi yang sangat terdidik. Tjokroaminoto dikenal sebagai orator ulung dan pemikir hebat yang menjadikan Sarekat Islam sebagai organisasi massa terbesar di awal abad ke-20.
Tapi, itu belum semuanya, sob. Rumahnya di Gang Peneleh, Surabaya, menjadi semacam markas intelektual bagi para pemuda yang kelak menjadi tokoh nasional. Di sanalah benih-benih ideologi besar mulai tumbuh. Menariknya, dari satu atap rumah itulah lahir pemikiran kiri, kanan, dan tengah yang membentuk arah politik Indonesia.
Kiri: Semaun, Sang Pelopor Komunisme
Semaun adalah murid HOS Tjokroaminoto yang kemudian menjadi tokoh kiri atau sosialis-komunis. Ia mendirikan Sarekat Islam Merah yang kemudian bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Semaun percaya bahwa perjuangan kelas adalah kunci untuk membebaskan rakyat dari penjajahan dan ketidakadilan ekonomi. Meskipun akhirnya berseberangan dengan gurunya, pengaruh Tjokro terhadap cara berpikir kritis Semaun tetap tak bisa diabaikan.
Kanan: K.H. Karto Soewirjo, Pendiri Negara Islam Indonesia
Nah, sob, dari sisi lain rumah Peneleh, lahir sosok yang punya pandangan sangat berbeda—Kartosuwiryo. Dia dikenal sebagai tokoh kanan yang berjuang untuk mendirikan Negara Islam Indonesia (NII). Kartosuwiryo juga pernah aktif di Sarekat Islam dan memiliki kedekatan dengan HOS Tjokroaminoto. Namun, seiring berjalannya waktu, ia memilih jalur perjuangan yang lebih radikal berbasis agama. Ia memimpin gerakan Darul Islam dan menjadi sosok yang sangat berpengaruh di era pasca kemerdekaan.
Tengah: Soekarno, Sang Proklamator
Dan tentu saja, siapa yang tidak kenal Soekarno, sob? Presiden pertama Indonesia ini juga pernah menjadi anak kos di rumah HOS Tjokroaminoto. Di sana, Bung Karno belajar banyak tentang politik, cara berpidato, dan bagaimana memikat massa. Tapi yang membuatnya istimewa, Bung Karno memilih jalan tengah—menggabungkan semangat kebangsaan, agama, dan sosialisme dalam satu gagasan yang ia sebut Marhaenisme. Soekarno bukan sosialis-komunis murni, juga bukan Islamis fanatik. Ia adalah nasionalis sejati yang mengutamakan persatuan Indonesia.
Sob, cerita tentang HOS Tjokroaminoto ini bukan sekadar nostalgia sejarah. Ini tentang bagaimana satu orang bisa mempengaruhi arah bangsa melalui pendidikan dan dialog. Dalam dunia yang semakin terpolarisasi, sosok Tjokroaminoto mengajarkan kita pentingnya berpikir terbuka, mendengarkan, dan membimbing dengan bijak.
Ia tidak memaksa murid-muridnya untuk menjadi seperti dirinya, tetapi memberi mereka ruang untuk berkembang. Hasilnya? Tiga tokoh dengan ideologi yang sangat berbeda, namun semuanya memiliki peran penting dalam sejarah bangsa.
Referensi:
Deliar Noer. (1996). Partai Islam di Pentas Nasional. Jakarta: Grafiti Press.
Ihsan, H. (2018). Tjokroaminoto: Guru Bangsa dan Islamisme Modern. Yogyakarta: Ombak.
Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
0 Response to "HOS Cokroaminoto: Guru Bangsa yang Melahirkan Tokoh Kiri, Kanan, dan Tengah"
Posting Komentar