
Sobat sejarah, kalau pengin lihat langsung sisa kejayaan Kerajaan Majapahit, Gerbang Candi Wringinlawang adalah salah satu situs yang wajib dikunjungi. Gerbang ini bukan sekadar tumpukan bata merah tua, tapi merupakan salah satu peninggalan paling ikonik dari masa keemasan Nusantara.
Berlokasi di Desa Jatipasar, Trowulan yang diyakini sebagai ibu kota Kerajaan Majapahit, Wringinlawang berdiri tegak sebagai saksi bisu peradaban besar abad ke-13 hingga 15. Yang bikin gerbang ini begitu memikat adalah bentuknya yang khas: gerbang paduraksa berwarna merah bata, menjulang setinggi sekitar 15 meter.
Struktur ini jadi representasi arsitektur khas Majapahit, yang mengandalkan material bata tanpa semen. Meski sudah ratusan tahun berlalu, detail simetris dan keindahan bentuknya masih sangat terasa. Inilah yang bikin Wringinlawang sering disebut sebagai "gerbang kerajaan" yang agung dan monumental.
Selain nilai sejarahnya, daya tarik Candi Wringinlawang juga terletak pada atmosfer sakral dan megah yang langsung terasa saat berdiri di hadapannya. Banyak peneliti meyakini bahwa gerbang ini dulunya merupakan pintu masuk ke kompleks penting kerajaan, mungkin area bangsawan atau pejabat tinggi. Setiap melangkah di area ini, seolah lagi menapaki lorong waktu menuju masa kejayaan Majapahit.
Buat sobat yang suka wisata sejarah dan budaya, Wringinlawang bisa jadi pintu gerbang penjelajahan masa lalu yang mengesankan. Yuk, eksplor lebih dalam!
Sejarah Gerbang Wringinlawang di Era Majapahit
Sob, tahu nggak kalau Candi Wringinlawang ini diperkirakan berasal dari abad ke-14 Masehi? Artinya, gerbang megah ini dibangun saat Kerajaan Majapahit sedang berada di puncak kejayaannya. Bayangin, ratusan tahun lalu, saat Hayam Wuruk dan Gajah Mada memimpin negeri ini dengan kekuatan politik dan budaya yang luar biasa, gerbang ini sudah berdiri kokoh jadi bagian penting dari aktivitas kerajaan.
Nama "Wringinlawang" sendiri punya makna yang menarik. Dalam bahasa Jawa, "wringin" berarti pohon beringin, dan "lawang" berarti pintu. Jadi, Wringinlawang bisa diartikan sebagai "pintu beringin". Mungkin nama ini merujuk pada letak gerbang yang dahulu dikelilingi oleh pohon beringin besar, simbol kekuatan, perlindungan, dan kebijaksanaan dalam budaya Jawa.
Fungsi Strategis Gerbang Kerajaan
Banyak ahli menduga bahwa Wringinlawang dulunya merupakan gerbang utama menuju area penting di lingkungan kerajaan, entah itu istana bangsawan, kompleks elite Majapahit, atau bahkan zona sakral yang memiliki fungsi spiritual dan administratif.
Bentuk paduraksa dari gerbang ini menandakan bahwa ia bukan gerbang biasa. Paduraksa sendiri merupakan bentuk gerbang dengan atap menyatu, yang dalam tradisi arsitektur Jawa sering digunakan sebagai akses ke area suci atau penting.
Jadi, bukan hanya bentuknya yang megah, tapi juga fungsinya yang penuh makna historis. Setiap bata yang disusun di gerbang ini nyimpen cerita besar tentang identitas bangsa dan peradaban leluhur yang luar biasa. Kalau sobat jalan-jalan ke sana, coba bayangin: siapa aja yang pernah lewat gerbang ini di masa lampau?
Kalau tertarik sama peninggalan kerajaan sebelumnya, Candi Singosari juga punya cerita heroik tentang masa sebelum Majapahit berdiri.
Arsitektur Paduraksa yang Monumental
Sobat sejarah, salah satu hal yang bikin Candi Wringinlawang begitu ikonik adalah arsitekturnya yang luar biasa khas. Wringinlawang berbentuk paduraksa, yakni jenis gerbang dengan bagian atas yang menyatu dan membentuk atap. Ini bukan sekadar bentuk, tapi penanda penting dalam arsitektur tradisional Jawa, terutama pada masa Majapahit.
Paduraksa biasanya digunakan untuk menandai transisi dari ruang luar ke ruang suci atau eksklusif. Jadi, sejak awal udah bisa menduga bahwa tempat ini bukan gerbang sembarangan.
Teknik Konstruksi Tanpa Semen
Gerbang ini dibangun seluruhnya dari bata merah tanpa campuran semen seperti bangunan modern. Tingginya mencapai sekitar 15,5 meter, menjulang gagah dan tampak simetris dari depan maupun belakang. Di bagian dalam, terdapat tangga kecil yang mengarah ke atas, meski kini nggak bisa digunakan oleh pengunjung.
Struktur bata yang disusun rapi dan presisi ini benar-benar mencerminkan keterampilan teknik bangunan masa Majapahit yang sudah sangat maju. Bahkan hingga saat ini para arkeolog masih terkagum-kagum dengan bagaimana batu bata ini bisa melekat kuat tanpa perekat modern.
Kalau sobat perhatikan lebih dekat, Wringinlawang juga nggak memiliki banyak relief atau ornamen rumit. Justru kesederhanaan inilah yang mempertegas karakternya sebagai simbol kekuatan dan wibawa. Nggak perlu ukiran berlebihan, karena bentuk dan skalanya sudah cukup untuk menyampaikan kesan megah.
Gaya minimalis ini jadi ciri khas Majapahit, yang mengandalkan proporsi dan ketegasan garis untuk menonjolkan keindahan. Beda banget sama candi-candi lain seperti Candi Jago yang penuh relief detail.
Fungsi Spiritual dan Administratif
Sekarang, bahas fungsinya. Banyak sejarawan percaya bahwa Candi Wringinlawang dulunya adalah gerbang utama menuju area penting di lingkungan Kerajaan Majapahit. Beberapa menduga itu adalah akses masuk ke keraton atau kompleks bangsawan, tempat di mana para elit kerajaan tinggal dan berkegiatan.
Bentuk paduraksa sendiri mendukung asumsi ini, karena biasa digunakan sebagai penanda batas antara dunia profan dan dunia sakral atau eksklusif.
Simbolisme dalam Budaya Jawa
Tapi nggak cuma itu. Dalam budaya Jawa dan Hindu-Buddha kuno, gerbang seperti ini juga sering dikaitkan dengan simbolisme spiritual. Melewati gerbang berarti memasuki fase baru, baik secara fisik maupun spiritual. Bisa jadi, Wringinlawang digunakan dalam ritual-ritual khusus, upacara kerajaan, atau penyambutan tamu agung. Ia bukan sekadar pintu, tapi penjaga kehormatan wilayah kerajaan.
Menariknya, Candi Wringinlawang juga sering dibandingkan dengan Gapura Bajang Ratu dan Gapura Wringin lainnya di sekitar Trowulan. Meski sama-sama gerbang Majapahit, masing-masing punya gaya dan fungsi berbeda. Bajang Ratu, misalnya, lebih kecil dan dihiasi relief, sementara Wringinlawang tampil lebih monumental dan bersih.
Ini memperkuat dugaan bahwa Wringinlawang memang punya kedudukan khusus, mungkin sebagai gerbang utama atau simbol representatif dari kekuasaan pusat.
Jadi, setiap detail dari Wringinlawang – dari bata merahnya, tinggi strukturnya, hingga bentuk paduraksanya – semuanya adalah refleksi dari kejayaan arsitektur dan kekuatan simbolik Majapahit. Nggak heran kalau gerbang ini jadi ikon dan kebanggaan situs purbakala di Trowulan!
Lokasi dan Akses ke Candi Wringinlawang
Buat sobat yang tertarik menjelajahi jejak kejayaan Majapahit secara langsung, Candi Wringinlawang bisa jadi destinasi sejarah yang mudah diakses tapi tetap mengesankan. Lokasinya berada di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Tepatnya di kawasan yang dikenal sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit pada abad ke-13 hingga 15. Situs ini cukup terkenal, jadi gampang banget ditemukan lewat Google Maps atau petunjuk lokal.
Rute dari Mojokerto dan Surabaya
Untuk aksesnya, bisa datang dari dua arah populer: dari Kota Mojokerto atau dari Surabaya. Kalau berangkat dari Mojokerto, jaraknya hanya sekitar 15–20 menit perjalanan dengan kendaraan pribadi atau ojek online.
Sementara dari Surabaya, butuh waktu sekitar 1,5–2 jam via tol Surabaya–Mojokerto (tol Sumo). Jika naik kendaraan umum, bisa naik bus antarkota ke Terminal Mojokerto, lalu lanjut naik ojek atau angkutan lokal ke kawasan Trowulan. Gampang, kan?
Kalau sobat lagi di Malang dan pengin eksplor lebih banyak situs sejarah, bisa kombinasikan dengan candi-candi lain. Cek panduan lengkap things to do in Malang biar itinerary makin maksimal!
Jam Buka dan Biaya Masuk
Hal yang bikin senang, biaya masuk ke Candi Wringinlawang biasanya gratis! Situs ini terbuka untuk umum dan bisa dikunjungi kapan saja, tapi waktu terbaik untuk berkunjung adalah pagi hari sebelum panas menyengat atau sore menjelang matahari terbenam.
Informasi Praktis Pengunjung
- Jam buka: Setiap hari, bebas (24 jam)
- Tiket masuk: Gratis
- Parkir: Area parkir tersedia meski nggak terlalu luas
- Fasilitas: Beberapa warung kecil yang jual minuman dan camilan
Di sekitar lokasi belum banyak fasilitas modern, jadi pastikan bawa air minum, topi atau payung, dan tentu aja kamera untuk mengabadikan keindahan gerbang bata merah yang ikonik ini.
Tips Berkunjung ke Wringinlawang
Biar pengalaman sobat maksimal, simak tips praktis ini:
Waktu terbaik: Pagi hari (06.00–09.00) atau sore hari (15.00–17.00). Golden hour menjelang sunset jadi waktu paling recommended buat foto karena cahaya bikin gerbang merah bata makin dramatis.
Pakaian: Pakai outfit sopan dan nyaman. Karena situs sejarah yang dihormati, hindari pakaian terlalu terbuka. Topi dan sunscreen penting karena areanya terbuka.
Persiapan: Bawa air minum cukup, snack kalau perlu, dan kamera dengan baterai penuh. Nggak banyak warung di area candi, jadi siapkan dari sebelum berangkat.
Fotografi: Candi Wringinlawang super instagramable! Foto dari berbagai sudut karena setiap angle punya keunikan. Coba foto dari depan, samping, dan dari bawah biar dapat perspektif yang dramatis.
Respek sejarah: Ini situs purbakala yang harus dijaga. Jangan memanjat gerbang, merusak struktur, atau mengotori area. Hormati warisan leluhur dengan menjaga kelestarian situs.
Kombinasi wisata: Trowulan punya banyak situs Majapahit lain seperti Museum Trowulan, Kolam Segaran, dan Gapura Bajang Ratu. Alokasikan waktu seharian buat eksplor semuanya.
Pemandu: Kalau pengin pemahaman lebih dalam, bisa sewa guide lokal di sekitar area atau Museum Trowulan. Mereka bisa kasih insight menarik tentang sejarah dan arkeologi Majapahit.
Situs Majapahit Lain di Trowulan
Kalau udah ke Wringinlawang, sayang banget kalau nggak sekalian eksplor situs Majapahit lainnya di Trowulan. Kawasan ini adalah pusat sejarah Majapahit yang paling lengkap.
Museum Trowulan wajib dikunjungi buat memahami konteks sejarah Majapahit secara komprehensif. Ada banyak koleksi artefak dari masa kerajaan, dari peralatan sehari-hari sampai benda seni bernilai tinggi.
Gapura Bajang Ratu adalah gerbang lain yang lebih kecil tapi dihiasi relief detail. Kontras dengan Wringinlawang yang minimalis, Bajang Ratu menunjukkan sisi artistik Majapahit.
Kolam Segaran adalah kolam pemandian kerajaan yang masih bisa dilihat jejaknya. Tempat ini jadi bukti gimana sistem tata air Majapahit udah maju di zamannya.
Candi Brahu dan Candi Tikus juga ada di sekitar Trowulan, masing-masing dengan fungsi dan arsitektur yang berbeda.
Candi-Candi Lain di Jawa Timur
Kalau sobat passionate sama sejarah candi di Jawa Timur, ada banyak situs lain yang nggak kalah menarik di sekitar Malang.
Candi Singosari adalah candi pendharmaan Raja Kertanegara yang megah. Cek lengkapnya di Candi Singosari.
Candi Jago dengan relief fabel Tantri Kamandaka dan struktur bertingkatnya yang unik juga recommended. Detail lengkapnya ada di Candi Jago.
Candi Kidal dengan relief Garuda yang memukau juga wajib masuk list. Info lengkapnya ada di Candi Kidal.
Buat yang pengin suasana spiritual dan tenang, Candi Sumberawan di lereng Gunung Arjuno pas banget. Satu-satunya stupa di Malang ini punya atmosfer yang damai. Baca reviewnya di Candi Sumberawan.
Candi Badut adalah candi Hindu tertua di Malang yang arsitekturnya unik. Cek artikelnya di Candi Badut.
FAQ Seputar Candi Wringinlawang
Q: Apa yang membuat Candi Wringinlawang istimewa?
A: Candi Wringinlawang adalah gerbang paduraksa paling ikonik dari Kerajaan Majapahit. Tingginya mencapai 15 meter, dibangun dari bata merah tanpa semen, dan jadi simbol kejayaan arsitektur Majapahit di abad ke-14.
Q: Apakah Wringinlawang masih utuh?
A: Cukup utuh untuk gerbang berusia ratusan tahun. Struktur utamanya masih kokoh berdiri, meski ada beberapa bagian yang mengalami kerusakan alami. Pemerintah dan arkeolog terus melakukan pemeliharaan rutin.
Q: Berapa lama waktu ideal untuk berkunjung?
A: Sekitar 30 menit–1 jam cukup kalau cuma lihat gerbang dan foto-foto. Tapi kalau mau eksplor seluruh kawasan Trowulan, alokasikan minimal 3-4 jam atau seharian penuh.
Q: Apakah ada pemandu wisata?
A: Ada guide lokal yang bisa disewa di sekitar area atau Museum Trowulan. Mereka bisa kasih penjelasan detail tentang sejarah Majapahit dan fungsi gerbang ini.
Q: Aman untuk anak-anak?
A: Aman banget. Area datar, nggak ada spot berbahaya, dan cocok buat wisata keluarga sambil edukasi sejarah. Cuma perlu diawasi jangan sampai manjat gerbang.
Q: Kapan waktu terbaik berkunjung?
A: Pagi hari atau sore hari pas golden hour. Cahaya bagus buat foto dan suhu lebih adem. Hindari siang bolong karena panas dan terik.
Q: Apakah ada festival atau acara khusus?
A: Kadang ada acara budaya atau festival sejarah Majapahit di kawasan Trowulan, biasanya sekitar ulang tahun kemerdekaan atau hari bersejarah tertentu. Cek jadwal di Museum Trowulan atau info wisata Mojokerto.
Q: Boleh naik ke atas gerbang?
A: Nggak boleh. Demi keamanan dan pelestarian situs, pengunjung nggak diperbolehkan naik atau memanjat struktur gerbang. Lihat dan foto dari bawah aja sudah cukup keren kok!
Penutup: Warisan Agung Kerajaan Majapahit
Candi Wringinlawang bukan sekadar gerbang bata merah. Ini adalah simbol kejayaan Kerajaan Majapahit, saksi bisu peradaban besar Nusantara yang pernah menguasai wilayah luas di Asia Tenggara. Dari arsitektur paduraksa yang monumental, teknik konstruksi tanpa semen yang mengagumkan, sampai fungsi spiritual dan administratif yang sarat makna – semuanya bikin gerbang ini istimewa.
Dengan lokasi yang mudah diakses dari Mojokerto atau Surabaya, tiket masuk gratis, dan nilai edukatif yang tinggi, wisata Candi Wringinlawang cocok banget buat sobat yang pengin belajar sejarah sambil menikmati keindahan arsitektur klasik Nusantara. Instagramable, edukatif, dan penuh makna historis dalam satu paket.
Jadi, tunggu apa lagi, Sob? Masukin Candi Wringinlawang ke itinerary dan rasakan langsung keagungan warisan Majapahit di Trowulan. Berdiri di hadapan gerbang setinggi 15 meter ini, sobat nggak cuma lihat bangunan, tapi merasakan kekuatan peradaban leluhur yang luar biasa. Dijamin nggak nyesel!
0 Komentar