-->

Pendakianku di Gunung Raung via Sumberwringin Bondowoso, (Informasi Pendakian, jalur, rute, tiket)

Gunung Raung via Sumberwringin Bondowoso
sumber gambar: penulis 

Gunung Raung via Sumberwringin Bondowoso menjadi salah satu detinasi wisata ekstream di Jawa Timur. Raung sendiri merupakan gunung tertinggi nomer 3 di pulau jawa dengan luas kaldera terbesar nomer 2 se-Indonesia setelah gunung Tambora. 

Gunung yang memiliki ketinggian lebih dari 3000 mdpl ini sendiri juga terkenal sebagai jalur gunung terekstrim se pulau jawa apalagi yang terkenal dengan jembatan siratalmustaqim pada jalur via Kalibaru. Puncak tertingi dari kawasan pegunungan Ijen ini sendiri bisa menjadi pilihan lain bagi sobat travelling yang suka kegiatan hikking. 

Pada artikel kali ini penulis akan membagikan informasi mengenai Gunung Raung via Sumberwringin Bondowoso dari informasi pendakian, rute, hingga tiket. 

Pengalaman Mendaki Gunung Raung via Sumberwringin #Myjourney

Karena kali ini aku bakal cerita lewat jalur lama yaitu Sumberwringin di Bondowoso jangan merasa jalur ini tidak memiliki tantangan yang seru seperti jalur Kalibaru yaa, karena jalur ini sendiri lebih banyak terkenal pada hal mistisnya sendiri disamping jalurnya yang juga tipis-tipis via kalibaru. Gunung Raung via Sumberwringin ini juga sendiri memiliki pos-pos dengan nama pos yang cukup unik, bahkan di pendakian ke 2 saya kali ini sejak setahun lalu telah muncul satu pos baru yaitu pondok pocong. 

Okee sebelum lanjut jangan lupa siapin cemilan dan catatan yaa barang kali temen-temen mau kesini jadi ada informasi yang akan membantu temen-temen. Oiyaa sebelumnya saya minta maaf yaa mungkin saya hanya menampilkan beberapa foto (tidak lengkap)  karena waktu itu ada kendala terlalu happy menikmati kenikmatan pribadi jadi lupa memotret gambar hihihi dan juga sobb apa yang saya tulis dibawah ini berdasarkan pengalaman saya serta tanya-tanya dengan warga sekitar yaa....  
oiya sebelumnya kalian pastikan telah mempersiapkan peralatan pendakian baik sebelum mendaki kemari. 

Perjalanan keduaku di Raung ini terjadi karena paksaan dari salah satu temenku ya hitung-hitung isi liburan akhir tahun katanya. Setelah melakukan persiapan di jauh hari kami pun yakin kalau persiapan kami sangatlah matang, perjalanan pun kami lakukan mulai tanggal 23 desember dengan memulai dari Jember dengan jumlah personil 5 orang. 

Perjalananpun kami lakukan dengan cara ridding karena kota kita menujubbasecamp Raung lumayan dekat, namun hal yang kami lupa pikirkan adalah kita berangkat sore hari H-1 libur natal dan haduhhh hasilnya perjalanan 12km menuju pusat kota jember saja kita tempuh 2 jam karena waktu itu benar-benar macet total.  

Sampai wilayah Jelbuk pun kami sempatkan untuk berhenti di mini market untuk menyantap minuman berkafein, melihat arus lalu lintas disini yang tergolong masih sepi kami pun lekas melanjutkan perjalanan kembali dengan memanfaatkan keadaan kamipun melaju dengan kecepatan tinggi wkwkwk adegan ini tidak untuk ditiru ya,  alhasil dengan kecepatan kami yang tinggu itu meninggalkan cerita bagi tim pendakian ini, mulai dari hampir kesrempet pick up,  hampir gagal rem saat ada mobil nyebrang karena juga kondisi jalan yang habis turun hujan jangan ditiru ya temen-temen intinya sobat semua harus selalu berhati-hati dan tentunya utamakan keselamatan. 

Basecamp Pendakian Gunung Raung via Sumberwringin

Gunung Raung via Sumberwringin Bondowoso

basecamp ini sendiri terletak di sebuah pessanggrahan dari zaman kolonial pada kecamatan Sumberwringin. Transport menuju pessanggrahan sendiri bisa diakses dari Bondowoso menaiki angkutan umum menuju Wonosari dan turun di pertigaan gardu atap.  

Nah dari situ sobat travelling bisa mencari transportasi warga sekitar sepert bentor dan ojek karena wilayah situ sendiri masih jarang driver online dan sudah tidak adanya lagi angkutan umum seperti mikrolet yang beroperasi disitu. 

Nahhh intinya sobat travelling jangan sungkan untuk bertanya ke warga sekitar yaa.  Jika sobat travelling naik kendaraan pribadi tenang saja lokasinya sudah jelas di google maps kok atau sobat  ikuti saja plang menuju Ijen dari Sumberwringin sampai Indomaret kelapa gading sobat lurus saja karena kalau belok ke kiri bakal masuk jalan menuju pendakian Ijen. 

Biaya administrasinya sendiri (update desember 2019) sebesar Rp 15.000 per orang dengan fasilitas kamar mandi dan tempat istirahat untuk kalian saat sebelum dan sesudah melakukan pendakian. Denger-denger si pemgelolaan Raung via Sumberwringin sendiri bakal diambil oleh dinas pariwisata atau apalah itu pada 2020 tapi tenang aja sob,  semua info di web aku pasti di update ko saat ada informasi yang baru. 

Untuk logistik sendiri kalau sobat males beli di rumah tenang aja kok di sekitar pesanggrahan sendiri ada pasar tradisional dan tak jauh pula ada 2 mini market disekitar situ. 

Okee...lanjut pos sendiri di Raung via Sumberwringin sendiri saya bakal tuturkan seperti pendakian saya kemaren jadi ada pondok motor,  pondok sumur, tonyok,  demit,  mayit,  pocong san angin baru setelah itu batas vegetasi menuju puncak yang ditandai dengan memoriam deden, pendaki yang tewas di Raung via Sumberwringin, oiya sobb untuk pos pondok pocong sendiri itu ntahh siapa yang bikin dan mulai kapan karena pos ini masih baru muncul beberapa waktu lalu. 

UPDATE: LOKASI BASECAMP PENDAKIAN TELAH BERUBAH PADA 2021

Gunung Raung via Sumberwringin Bondowoso

Gunung Raung via Sumberwringin Bondowoso
Gunung Raung via Sumberwringin Bondowoso

Gunung Raung via Sumberwringin Bondowoso

Basecamp-Pondok Motor

Menuju pondok motor sendiri bisa diakses melalui 2 jalur yaitu jalur batu yang sering dilalui truk atau jalur melewat dusun dan perkebunan warga dan ada 2 opsi juga lohh jadi kalian bisa memilih untuk naik ojek dari basecamp atau jalan kaki.  

Jika mau jalan kaki cukup manfaatkan google maps karena rute menuju pondok motor sudah ada kok serta jangan sungkan untuk tanya ke warga ya,  atau sobat traavelling bisa menghunakan jasa ojek dengan tarik Rp 50.000 untuk waktu 06.00-18.00 karena semakin malam tarif ojek bisa naik menjadi Rp 75.000 atau bahkan Rp 100.000. Untuk durasi wakt perjalanan sendiri kalau sobat memilih jalan bisa memakan waktu 2-4 jam sementara waktu ojek cukup 30 menit saja. 

Jadi bagaimana? Cukup membantu mengurangi waktu bukan.  Oiyaa untun penjemputan ojek saat sudah turun karena tidak ada ojek yang stand by di daerah pondok motor sobat semua gak perluh khawatir karena setelah naik ojek di awal temen-temen bakal dikasih nomer telefon ojek yang stand by menunggu telefon penjemputan dari kalian tentunya dengan tarif seperti yang dijelaskan diatas. 

Pondok motor sendiri merupakan suatu tempat kosong di kawasan kebun warga yang terdapat pohon kersen yang bisa juga digunakan sebagai tempat camp saat sobat turun terlalu malam dan malas terkenal budget ojek yang lebih mahal dimalam hari.

Jika temen-temen naik ojek dan minta jemputan ojek enaknya adalah selain lebih cepat, pengantaran dan penjemputan dilakukan lebih naik dari pondok motor jadi temen-temen dapat mengurangi perjalanan dalam menuju pos selanjutnya. 

Okee,  lanjut short storykunya... Jadi setelah sampai Indomaret kelapa gading kami pun menunggu jemputan dari temanku yang tinggal di Sumberwringin yaa itung-itung jalin silahturahmu sambil ngegibah wkwkwk.  

Setelah cukup lama kami singgah, saat tenaga sudah dirasa pulih kamipun melanjutkan menuju basecamp untuk registrasi, untungnya meski waktu itu sudah malam masih ada orang yang stand by di sana menunggu kami karena temen kami sudah memberi tau ke basecamp. 

Pengelolah basecamp ini sendiri bisa diartikan oleh warga disana jadi buat sobat semua kalau mau datang malam usahain punya kontak orang wilayah sini yaa biar waktu sobat datang dibasecamp ada orang yang menanti wkwkwk masa iyaa kalian tidur di amperan pesanggrahan sampai pagi. 

Setelah regist, tim pendakian pun diarahkan di sebuah aula yang cukup luas untuk beristirahat. Tapi karena kondisi perut yang gak bisa diajak kompromi kamipun dinner terlebih dahulu dengan bekal dari rumah. 

Kemudian kami pun melanjutkan dengan mengisi air perbekalan dan packing ulang, setalah itu ngapain?  Yaa jelas lahh setelah itu kami sholat dan tidurr di aula, oiya sobb meski di aula untuk temen-temen jangan lupa tetep pakai matras dan sleepingbag yaa karena suhu disinipun lumayan dingin, apalagi untuk kaum lemah kayak aku.

Setelah bangun saat shubu dan kami pun melanjutkan sarapan dengan bekal yang kami bawa juga,  untuk kalian yang gak bawa bekal santai aja kok kalian bisa pesan di basecamp sebelum kalian berangkat jadi yaa biar di siapin dulu oleh basecamp dan jangan lupa untuk laporan ke basecamp misal kalian ingin naik ojek jadi ntarr basecamp bakal siapin ojek buat kalian,  untuk jam nya sendiri itu terserah kalian ntah mau berangkat jam 6 pagi ataupun siang hari asal jangan suka php yaa cukup jadi korban php saja. 

Pondok Motor-Pondok Sumur


Jalur menuju pondok sumur sendiri nantinya sobat travellling akan mendapat banyak percabangan tapi jangan takut yaa karena untuk jalur asli sudah di beri banyak tanda baik plat arah panahbataupun dengan ikatan plastik pada tanaman disana. 

Jalur trek sendiri masih tergolong cukup mudah karena kebanyakan masih tanah basah berbatu yang jarang tanjakan  jadi masih banyak bonusnya,  hanya saja di beberapa jalur terdapat jalur yang cukup berbahaya karena selain tanjakan dan turunam yang cukup terjal posisinya pun berada di tepi sebuah jurang yang cukup dalam. 

Pondok sumur sendiri menurut cerita masyarakat sekitar, Pondok Sumur memiliki sebuah sumur yang biasa digunakan seorang pertapa sakti asal Gresik. Sumur dan pertapa itu dipercaya masih ada hingga kini, namun tidak dapat dilihat kasat mata. Untuk lokasi aslinya sendiri pondok sumur merupakan tanah kosong dengan lebar lebih kurang 3x5meter yang berada di tepi jurang serta memiliki patok pondasi semen pertanda pondok sumur di tanah. 

Pondok Sumur sendiri jarang dijadikan opsi tempat camp bagi para pendaki,  para pendaki yang kerap berkemah di kawasan ini sering mendapat gangguan berupa suara langkah kuda dan suara-suara lainnya.  

Durasi pendakiannya pun tergolong cukup jauh dari pada pos selanjutnya yang bisa memakan 2-3 jam perjalan. Menuju pondok sumur sendiri tergolong jalur yang memiliki banyak tempat istirahat yang dibangun warha sekitat untuk tempat mereka istirahat saat berburu atau berkebun yang berbentuk lahan kosong kecil dengan kursi kayu. 

Setelah diantar dengan ojek kami, kami tiba diatas pondok motor pukul 07.24 dan kamipun melanjutkan trekking setelahmya,  tak disangka di lokasi itu juga kami bertemu 6 orang pendaki yang camp di pemberhentian ojek kami,  katanya si mau lanjut jalan paginya buat ke basecamp wihh hebat juga yaa kalau aku mah boro-boro nambah jalan, kalau ada yang enak ngapain cari ribet. 

Di jalur trekking pun aku sangat kaget karena hanya dengan durasi setaun lalu aku terakhir kesini ehh jalurnya sudah banyak yang berubah,  apalagi bekas kebakaran bulan lalu jadi tanda-tanda di jalur sangat sulit ditemui jadi kita harus tetep fokus jangan sampai salah ambil percabangan jalan karena efeknya jika salah kalian bisa memutar jauh atau malah gak sampai di jalur yang benar juga. 

Jalan yang tertutup robohan pohon bekas terbakar pun dimana-mana jadi tim pendakian kali ini cukup kesulitan menembusnya. Oiyaa gaes misal kalian di jalur nemu sampah kresek atau botol plastik yang digantung di ranting plisss jangan sok suci untuk memungutnya karena itu juga termasuk bantuan arah yang benar yang dibuat pendaki lain.

Cukup dengan waktu 2 jam saja tim sudah sampai di pondok sumur, kami pun menimbun satu botol air di sini sebagai perbekalan pulang nanti. Tak luput pula ditempat ini tim mulai nyemil nyemil logistik makanan oat yang dibawa karena emang bener sobb saat kita naik kalau gak ada cemilan sama sekali itu rasanya hampa kek ada yang kurang wkwkwk sayangnya aku orangnya males bawa cemilan tapi yaa jangan nurutin males juga ya. 

Oiyaa gaes,  ditengah perjalanan menuju sumur tim menemukan ada tenda berdiri dengan salah satu frame yang lepas tapi tidak ada orang di sana ehh jangan salah yaa kami gak membuka tendanya kok kami cuma tok tok assalamualaikum hihih.

Pondok Sumur-Pondok Tonyok

Tonyok sendiri merupakan pos pendakian yang kerap dilewati langsung apalagi karena kasus kebakaran di wilayah sini beberapa bulan lalu menyebabkan pondok tonyok sendiri bukan lagi lokasi yang pas untuk berkemah dikarenakan banyaknya bekas pohon yang terbakar serta tanaman pancang dan tiang yang jatuh sehingga lokasinya sendiri tergolong masih kotor karena bekas pohon tumbang. Jalur menuju tonyok sendiri. 

Menuju ke pondok Tonyok sendiri nantinya kalian akan melewati 2 savanna ilalang yang salah satunya berada di punggungan yang berartu kanan dan kiri adalah jurang.  Untuk jalurnya sendiri cenderung lebih banyak menanjak minim bonus dan banyak lintasan di tepi jurang yang menyebabkan pendaki harus fokus dan mulai kelelahan. 

Durasinya sendiri cukup singkat sekitar 1-2jam perjalanan tergantung ritme jalan kalian yaaa kalau banyak istirahat bisa sampai 3 jam lagi. 

Lanjut dari pondok sumur kami pun mulai merasa lelah karena jalur yang mulai bikin ngos ngosan untuk kaum lemah kek kita-kita ini. Saat menuju tonyok tim bertemu 2 orang pendaki yang turun setelah kami tanya apa tenda dibawa itu punya mereka, mereka pun menjawab tidak dan ke 2 pendaki asal Lamongan ini pun menjelaskan kalau tenda dibawah sumur itu milik 2 orang asal Surabaya yanh masih diatas. 

 Mendengar itu akupun kaget masa iya niat amat camp disiti langsung summit dari situ,  yaa tau si itu sedikit niru model tek tok tapi yaa auk daa sesuka mereka juga sih. Salah satu dari mereka pun memberi tau jika mereka summit dari situ pukul setengah 6 pagi dan kami pun langsung terheran lagi haduhh ni orang niat amat rupanya beneran summit dari situ.

Sebelum tiba di tonyok pun saat tim istirahat untuk minim,  salah satu tim melihat adanya hewan di kejauhan yang katanya berkaki 4 berekor panjang dan bergerak cepat,  kira-kira apa ya?  Lutung merangkak?macan kumbang?udahhlahh yang penting bukan dinosaurus aja. 

Sampai di tonyok pun kami langsung lewati saja karena emang maless banget tau mau berhenti mumpung semua kaki sedang bisa berkompromi tapi ntar sekali istirahat pasti bakal tidur semua.  Ternyata benar apa yang dipikir di sebuah punggungan kami pun sempat istirahat lama karena kabut yang mulai naik menyebabkan jarak pandang berkurang dengan terpaksa tim pun berhenti di punggungan itu walau kanan dan kiri adalah jurang tapi ya apa daya, kabut juga lama naiknya ditambah lagi kondisi waktu itu cukup enak buat duduk manis yang tanpa disadar banyak anggota tim yang tertidur disitu. 

Oiyaa sobb untuk kalian kalau bisa jangan tidur yaa saat kondisi seperti itu,  selain kondisinyang dingin tentunya kalau semua tidur bisa jadi hal buruk akan terjadi, eitss ini bukan negthink yaa sekarang coba kalian bayangkan semua orang tidur di jalan yang cuma selebar setengah meter dengan kabut tebal tentunya bakal bahaya bukan.  

Untungnya untuk tim pendakian cuma sebagian aja yang tidur gak semua orang ya, juga pakaian yang kami gunakan saat itu cukup safety kalau cuma menahan dingin kabut. Setelah kabut mulai tipis kami pun melanjutkan perjalanan saat semua nyawa benar-benar sudah terkumpul wkwkwk yaa kan bahaya juga si saat seseorang tidur terus bangun dan harus langsung jalan tentunya bakal seperti buss kalau melaju kenceng alias oleng. 

Pondok Tonyok-Pondok Demit

Demit yang memiliki artian sebagai hantu sendiri tentunya akan memberikan kesan tersendiri bagi yang mengetauhinya namun pemberian nama demit sendiri pada pos kali ini menurut beberapa sumber yang saya tanyakan yaitu sebab disini merupakan pasar setan gunung Raung yang pada hari-hari tertenti jika kita memilih camo di tempat ini akan terdengar seperti keramaian bahkan sering terdengar alunan musik. 

Lokasi pasar setan terletak di sebelah timur jalur atau lembah yang dipenuhi ilalang setinggi perut dan pohon perdu. Bagi orang-orang tertentu, lokasi ini kerap dijadikan tempat pesugihan. Durasi dari tonyok ke demit sendiri bisa ditempuh kurang dari 2 jam. 

Oiyaa sobb demit sendiri sering menjadi opsi lain tempat camp jika kita sudah terlalu capek dan waktu sudah malam untuk melanjutkan kita menuju mayit atau angin.  Jalurnya sendiri sama seperti sebelumnya yang banyak tanjakan di tepi jurang serta banyaknya pohon tumbang yang belum di bereskan sehingga menjadi tentangan tersendiri. 

Kontur pondok demit sendiri setelah kebakaran kemaren menjadikan tempa bini kurang layak lagi untuk dijadikan tempat camp lagi karena kontur tanah yang tidak lagi rata. Pondok demit sendiri dapat dilihat dari jauh dengan menggunakan patokan pohon cemara besar kembar. 

Menuju pondok demit akhirnya kami bertemu 2 orang asal surabaya yang meninggalkan tendanya di bawah sumur itu dan setelah saya tanya apa yang dibawa saat summit dengan jarak jauh itu mereka menjawab cukup logistik, flysheet, p3k dan pisau besar. 

Serentak pikirku gilaa tuh orang bener-bener gak bisa di tiru buat kaum lemah dan manja kek aku ini.  Aku pun tanya kepada mereka apakah diatas masih ada orang, dan mereka menjawab diatas sudah tidak ada orang serontak membuat semua tim menjadi tertawa seperti orang gila. 

Jadi banyangin 1 jalur gunung yang begitu panjangnya cuma diisi 5 orang manja haduhh gila. Ditambah lagi saat update kontak basecamp di siang hari yang belum ada laporan pendaki yang bakal naik juga, oiyaa gaess di benerapa pos, punggungan dan savana masih sering ditemukan sinyal ya untuk sim card telkomsel dan indosat. 

Lanjut gaess, tidak jauh diatas mereka kamipun menggibah ke 2 orang asal surabaya itu hihihi yaaa maklum lahh namanya kami juga kaum manja yaa kaget aja lah,  tek tok juga bukan tek tok,  camp juga jauh amat dari puncak pokoknya ribet dah kalau di pikirku. 

Hal paling langkah yang pernah tim temukan di pendakian adalah saat ada burung elang yang terbang rendah diatas mereka, kebayang gak peneliti saja belum tentu bisa sedekat itu dengan elang liar, sayangnya karena kondisi dibawah tadi yang kabut membuat semuah perangkat dan kamera harus ikut masuk rapat didalam carrier. 

Yaa kalau gink jadinya jadi nurutin quot "ceritaku milikku, ceritamu milikmu". Kabut kembali naik dengan cepat kami pun terpaksa harus berdiam diri kembali dan kali ini karena kami tidak mengantuk jadi kami putuskan untuk membuat teh hangat sebagai penghangat badan dan menyantal beberapa cemilan agar perjalanan sebentar lagi menjadi lebih segar. 

Tadinya si mau bikin kopi gaes karena efek dari kafein sendiri bisa digunakan untik menforsir tenaga tapi yaa aukk dahh kan aku udah bilang kita ini manja dari pada di forsis ntar malah kehabisan tenaga yaudah lahh kopinya disimpan saja buat nge gibah ntar malem.

Demit merupakan lokasi yang kami tandai juga sebagai tempat camp bila mana kami mungkin sudah benar-benar kecapekan namum apa daya lokasi demit yang tanahnya sendiri sudah tidak rata dan kurang tertutup pohon jadi kami gagalkan niat kami untuk camp di demit dan kamipun melanjutkan dengan langkah pelan tapi pasti karena jalur menuju pondok mayit hingga keatas laginya sendiri haduhh tanjakan terus tanpa ada bonus buat tiduran. Untungnya juga jarak ke mayit sendiri dan pos diatasnya lagi tidak jauh-jauh banget.

Pondok Demit-Pondok Mayit

Gunung Raung via Sumberwringin Bondowoso


Wkwkwk masih berbau misteri penamaan pondok mayit sendiri memiliki 2 latar kejadian dimana yang pertama dulunya tempat ini merupakan tempat istirahat saat melakukan evakuasi penurunan jasad alm.  Deden  pendaki yang tewas disini. 

Cerita yang kedua katanya, di kawasan ini pernah ditemukan sesosok mayat (mayit)  yang menggantung di pohon. Mayat itu adalah seorang bangsawan Belanda yang dibunuh para pejuang. Tak luput dari ke 2 cerita itu memang sering kali banyak cerita dari teman-teman yang melewati jalur ini saat malam ini sering mendapat gangguan baik secara visual maupun audio visual. 

Banyak cerita dari penduduk lokal pun yang kerap mendapat gangguan kontak langsung seperti kaki ditarik dan sebagainya wkwkwk serem juga ya....untungnya kemarin aku dan tim tidak mendapat godaan yang terlalu ekstrem jadi cukup audio visual saja tapi anehnya malam itu semua anggota bermimpi aneh dengan latar pendakian di gunung Raung, mulai dari melompat ke jurang,  sosok ghaib yang menyerupai,  dan lain sebagainya ntah efek kelelahan atau apalah yang penting tetep berpikiran positof saja Alhamdulillah kami semua masih diberi keselamatan dan aku juga bisa bercerita di web ini wkwkwk. 

Okee lanjut,  sama seperti demit wilayah ini sudah bisa dilihat dari jauh yang ditandai dengan gugusan pohon cemara besar yang cukup rapat,  lokasi ini juga menjadi incaran tempat camp kebanyakan karena lokasinya yang bisa menampung hingga 5 tenda dan jarak yang cukup singkat menuju puncak serta lokasi di tepi jurang sehingga ada sensasi tersendiri.  

Jarak ke 2 pos ini sendiri bisa ditempuh dalam 1 jam perjalanan dengan tanjakan yang jangan ditanya lagi tentunya minim bonus. Oiyaa sepanjang jalur sendir mulai banyak hewan-hewan mulai dari kidang,  lutung,  berbagai burung hingga kalau lagi hokki bisa dapet view elang. 

Oiyaa untuk celeng sendiri masih takut untuk menunjukan eksitensinya jadi jangan takut diserang celeng yaa juga lutungnya sendiri yang masih sering takut akan keberadaan manusia jadi jangan takut juga kalau logistik kalian hilang di curi.  

Menapakan langkah sedikit tapi pasti sampai pondok mayit masih memberikan tantangan tersendiri bagi anggota tim. Jalurnya udah tertutup kabut tipis,  kanan kiri penuh dengan ilalang juga kemiringan jalur yang makin keatas makin miring saja. 

Waktu itu tim selalu di pantau oleh hewan seperti lutung dari kejauhan, dimanapun kami melangkah hewan-hewan itu juga mengikuti kami,  ntah mereka tergiur karena logistik kami atau apa tapi yang pasti aku yakin itu bukan spesies monyet yang terkenal suka mengganggu. 

Pernah kebayang gak kalian lihat kota diatas awan?  Nahh seperti itulah yang kami lihat pondok mayit dari jauh,  jadi dengan kabut tebal yang muncul ditembus oleh tingginya pohon-pohon cemara yang menjulang membuat langkah tim semakin semangat. 

Ketika sampai ditempat itupun akupun membanting tas dan berlari mencari plang apa ini benar mayit dan kami terkejut sebab tidak ditemukan plang pertanda mayit tapi aku yakin disini memang mayit.  Karena langkah sudah benar lelah dan waktu yang mulai sore kami pun pasrah dengan mendirikan tenda dan mulai membuat makan untuk memulihkan tenaga.  

Perdebatanpun kembali terjadi apa ini benar mayit atau mayit masih diatas, kami pun mulai menghiraukan hal tentang itu serambi makan dan bercerita hal-hal lucu selama diperjalanan. Alarm tanda magrib sudah berbunyi dari handphone anggota tim kami pun mulai bergantian sholat dan mencoba menghidupkan api unggun, aneh nya api tak kunjung menyala padahal semua kayu,  ranting dan daun kering sudah terkumpul banyak belum lagi bantuan dari thinder spirtus, hasilnya tetap saja api yang kami bikin selalu mati. 

Saat kami lihat di sekelilingpun anehnya kami masih  melihat ada 2 hewan primata itu yang masih mengawasi kami dari jarak sekitar 20 meter. Karena api yang tidak bisa hidup ditambah sudah ada beberapa anggota tim yang tertidur pulas di dalam tenda, aku dan salah satu temanku pun berdiam terlebih dahulu di luar tenda untuk menikmati sunset dengan minuman hangat kami. 
Gunung Raung via Sumberwringin Bondowoso

Pondok Mayit-Pondok Angin

Pondok angin ditandai dengan lahan kosong juga yang ada 2-4 pohon sebagai penandanya yang seperti gerbang, di lokasi ini saat malam kita bisa melihat pemandangan kota bondowoso dengan lampunya serta lokasi yang pas untuk melihat bintang.  

Lokasinya dinamakan angin karena dengan lokasi yang cenderung terbuka menyebabkan hembusan angin yang terasa sangat kuat. Hingga kebanyakan orang yang berani camp disini adalah tenda yang siap dengan angin besar. 

Tak luput dari cerita sekitar yang konon katanya sekitar angin ini terdapat gerbang ghaib menuju kerajaan ghaib disana,  ditambah lagi rumor suara kereta kencana yang sering terdengar. Yang jelas si dengan angin yang sangat kencang dan lokasi di bawahnya yang merupakan hutan cemara dan terdapat lereng hal itu bisa menyebabkan suara angin terdengar meraung-raung.. 

Menuju pondok angin sendiri hanya perluh waktu 30 menit dari mayit dengan jalan terbuka di hutan cemara yang menanjak tanpa bonus dan beberapa jalan sempit seperti di Kerinci.
Gunung Raung via Sumberwringin Bondowoso

Bangun pagi berangkat summit saat shubu mungkin jadi kegiatan yang dinanti setiap pendaki.  Namun apa daya untuk seperti 5 orang di tim ini alih-alih mengejar sunrise di puncak gunung kami lebih memilih untuk tidur manis sampai pukul 6 pagi. 

Bangun pukul 6 pagi pun di isi oleh perbincangan mimpi setiap anggota tim yang bermimpi aneh mulai dari adanya sosok ghaib yang kembar dengan kami, melompat ke jurang,  hingga mimpi terbangun dari tidir di dalam tenda oleh seorang yang tiba-tiba muncul. 

Semua mimpi itupun kami jadikan sebagai bahan guyonan kembali wkwkwk satu tim isinya orang-orang penuh humor semua. Dengan sigap sarapan kita buat, menu sarapan kali ini adalah nasi dengan tumis daging sapi yang memberi cukup untuk kebutuhan energi kami, ditambah dengan minuman cokelat hangat serta cemilan lain yang membuat perut jadi di manja hingga males mau summit pinginnya tidur aja wkwkwk. 

Perjalanan summit pun kami lakukan pada pukul 07.00 jalur dari mayit menuju pondok angin sendiri diawali dengan bentangan lahan yang cuma diisi pohon cemara besar dengan kemiringan yang cukup untuk membuat kaki pegal apalagi ditambah jarak nya yang cukup jauh. 

Jalur itu pun di sebelahi oleh jurang sehingga terdengar dari lahan di seberang jurang sisi lain terdengar meraung-raung karena hembusan anginnya. Sehabis dari hutan cemara itupun jalan sudah menjadi jalan setapak dan rapat dengan tanaman semai yang sama tetap berada di tepi jurang walau untuk kanan kiri jalurnya sendiri yang tertutup juga oleh bebatuan besar. 

Tak jauh dari itupun batas vegetasi sudah nampak,  kami pun beristirahat sejenak karena batas vegetasi sendiri merupakan tempat memoriam deden yang sebagai awal battle summit itu dimulai, dari tempat kami istirahat yang masih di tempat sempit itupun kami lanjut untuk mencari lahan kosong dan syukurlah lahan kosong yang ada di depan kami itu adalah pondok angin.  

Disitu kami berhenti cukup lama untuk mengumpulkan tenaga dan menyiapkan keyakinan karena kami yakin tegapnya langkah tidak akan cukup kuat tanpa disertai iman yang cukup asekk. Dari angin pun kami melihat puncak gunung raung via sumberwringin yang ditandai dengan tiang bendera merah putih setinggi 2-3 meter itu menancap di atas sana. 
Gunung Raung via Sumberwringin Bondowoso

Pondok Angin-Pondok Pocong

Yaaa mungkin kalian gak bakal nemuin si di web lain tentang pondok ini,  dan akupun juga baru tau setelah update pendakian di sini desember 2019 katanya si ini pondok yang di buat sengaja oleh beberapa orang yang melihat lokasi ini selain bisa untuk camp juga dekat dengan puncak juga karena cerita lain yang di privasi. 

Lokasinya sendiri berada 15 menit setelah angin atau dekat dengan memoriam alm.  Deden tapi menurutku lokasinya kurang pas untuk camp karena tidak adanya windbreaker dari pohon besar jyuga terdapat di dekat batas vegetasi yang tentunya hembusan angin sangat kuat.  Jalur menuju ini sendiri dari angin tergolong lebih menantang karena selain tanjakan yang mulai terjal juga banyaknya jalan yang sempit. 

Berjalan sekitar 20 menit dari angin dengan medan masih seperti tadi yaitu jalur dengan sebelah kanan dan kiri penuh dengan ilalang yang diakhiri dengan lahan yang mulai terbuka serta sudah nampak jelas salah satu memoriam pendaki yang pernah tewas di gunung Raung jalur ini.
 
Hal yang paling mengejutkan kami pula saat kami tiba di lahan berpasir bertuliskan pondok pocong. What?  Sejak kapan ada pondok pocong disini?  

Terlihat pula bekas api unggun di pondok pocong semakin memberikan tanda tanya yang mengherankan, asal tau saja kemah di pondok angin saja sudah bisa bikin tenda melayang apalagi kemah dengan jarak ±20 meter dari batas vegetasi haduh gak habis pikir dah. 

Spekulasi sesuai karangan otak pun mulai bermunculan tentang nama pos yang satu ini,  mulai dari mungkin seringnya godaan pocong disekitar sini dan sebagainya,  apalagi saya pernah denger jika banyak orang yang menjauhi kawasan sekitar memoriam atau pos pocong ini sebelum matahari terbit tapi yaa banyak juga kok yang pikir keri dengan itu semua. 

Pondok Pocong-Memoriam Deden

Sebenarnya ke 2 tempat ini berjarak kurang dari 3 menit berjalan tapi yaa tidak apa lah kalau aku disini juga coba spesifikasikan lengkapnya. Oiyaa di memoriam deden sendiri ada banyak uang baik koin atau uang kertas serta jangan kaget bila ada ikatan bunga edelweis atau wedhusan dan saya tegaskan juga ke temen-temen untuk tidak mengambil apapun yang ada disana dan disekitar sana,  selain karena faktor x yaa inget kan tentang jangan mengambil apapun kecuali gambar. 

Setelah cukup lama berspekulasi  dengan istirahat juga kami pun berdoa di memoriam deden,  terlihat banyak uang yang ada disitu serta ikatan bunga edelweis di memoriam tersebut. Jarak pocong ke memoriam bagaimana?? 

Yaelahh jaraknya juga lebih kurang 20-30 langkah aja kok dengan tanah pasir berbatu.  Dari situ kuga makin jelas puncak gunung Raung tapi perjalanan kami pun sempat tersendat karena faktor cuaca yang mana kabut tiba-tiba menghampiri kami sehingga jarak pandang menurun. 
Gunung Raung via Sumberwringin Bondowoso

Memoriam Deden-Puncak Raung Utama (3332 Mdpl)

Jaraknya si gak jauh amat kok dengan di tandainya puncak melalui tiang bendera bahkan sudah terlihat dari pondok angin, kemiringan tanahpun gak terlalu terjal juga tanahpun batu berpasir yang lebih dominan batu keras sebagai jalurnya tentunya gak sesulit semeru si yang katanya maju dua langlah mundur selangkah wkwkwk tapi sonat traveller harus selalu fokus karena disini masih ada beberapa jalan setapak yang kanan dan kiri merupakan jurang,  ditambah jika cuaca sedang kabut atau angin lebih baik sobat semua berhenti sejenak sampai benar-bensar aman yaa,  lagian gak perluh terburu summit lah kalau di Raung. 

Sunrise di Raung terkesan tidak dicari, jadi kalau mau summit jam 6 pun gak masalah karena gak ada aturan baku pukul sekian harus turun dari puncak kayak gunung Semeru.

Misteri yang tidak kalah menyeramkan berada di barat kaldera Gunung Raung yang merupakan perbukitan terjal. Di kawasan ini dipercaya masyarakat sekitar sebagai Kerajaan Macan Putih yang merupakan singgasana Pangeran Tawangulun.

Kerajaan Macan Putih berdiri saat gunung ini meletus tahun 1638. Pusatnya terletak di puncak Gunung Raung. Kerajaan itu dipimpin oleh Pangeran Tawangulun yang merupakan salah satu anak raja di Kerajaan Majapahit yang hilang saat bertapa.

Masyarakat sekitar percaya, Kerajaan Macan Putih masih ada hingga kini. Beberapa kali, bahkan kerajaan ini melangsungkan upacara pernikahan. Saat upacara dilangsungkan, hewan milik warga banyak yang mati mendadak.

Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, hewan-hewan itu bukan mati tanpa sebab, tetapi dijadikan upeti bagi para penguasa Kerajaan Macan Putih yang hilang tanpa jejak ke alam gaib atau moksa.Masyarakat juga percaya bahwa Kerajaan Macan Putih sesekali tampak, terutama di malam Jumat kliwon ke alam nyata untuk beberapa maksud dan tujuan.

Dalam beberapa kepercayaan masyarakat disebutkan, Pangeran Tawangulun merupakan salah satu suami dari Nyai Roro Kidul. Setiap malam jumat, saat Kerajaan Macan Putih menampakkan dirinya ke alam nyata, Nyai Roro Kidul mengunjungi suaminya. 

Diyakini pula sebelum kita mendaki saat sampai batas vegetasi kita bisa melihat kontur bebatuan di atas yang terlihat seperti wajah yang dikabarkan pula itu merupakan wajah pangeran Tawangulun. 
Gunung Raung via Sumberwringin Bondowoso


Perjalanan menuju puncakpun harus dilalui dengan penuh konsentrasi,  karena jalan yang cukup terjal di sebelah kanan dan kiri, ditambah lagi hembusan angin yang mulai kencang sehingga tim pun harus sering berhenti untiuk menunggu cuaca yang membaik. 

Hal tak terdugapun saat kami harus berjalan melewati jalan setapak di tepi jurang karena ada anggota tim yang takut akan ketinggian. Saling membantu satu sama lain,  menompang dan menyemangati dilakukan oleh semua tim demi kesuksesan perjalanan kali ini. 

Beberapa tim pun sempat berpencar arah menuruni jalur jurang karena takut akan ketinggian.  Kerja tim sangat terilhat saat satu anggota berhasil sampai di tempat yang lebih atas kemudian memberi arahan yang benar tentang jalur yang disimpang oleh teman yang melewati jurang itu. 

Hingga semua tim berkumoul disuatu batu yang besar semuanya duduk dan tertawa tidak percaya mereka melakukan ini semua, cemilan pun tak luput dari santapan saat istirahat. Hingga di tanjakan terakhir semua orang bergerak bersama menuju puncak Raung via Sumberwringin ini.


Semua tim pun terlihat terharu saat melihat bentangan jalur mulai batas vegetasi hingga hutan belantara yang berhasil di tembus mereka.
Gunung Raung via Sumberwringin Bondowoso
Estimasi perjalanan pendakian Gunung Raung via Sumberwringin

-. Basecamp - motor :
Ojek: 30 menit
Jalan: 2-3jam
-. Motor - Sumur: 2-3 jam
-. Sumur - Tonyok: 1 - 2 jam
-. Tonyok - Demit: 1 jam
-. Demit - mayit: 1 jam
-. Demit - Angin: 45 menit
-. Angin - Memoriam: 30 menit
-. Memoriam - Puncak: 1-2 jam

Bulan Terbaik Pendakian Gunung Raung
Waktu yang pas sendiri adalah saat awal musim panas,  jadi awal musim panas sendiri selain flora yang mulai tumbuh setelah penghujan dan tidak ditakutkan akan kebakaran hutan,  awal musim kemarau juga merupakan cuaca yang sangat cerah dan bersih sehingga kita dapat melihat bintang dan pemandangan kota dengan bagus.

Tips Mendaki Raung via Sumberwringin Versi Penulis
-. Gunakan jasa ojek, bila mana ingin menghemat silakan menggunakan ojek sekali yaitu aaat berangkat agar kalian dapat menghemat waktu perjalanan awal dan dapat membawa banyak air untuk di timbun.
-. management air dengan sistem timbun perpos untuk menghemat air dan mengurangi beban.
-. Bawa logistik (buah)  yang penuh dengan kadar air, jangan bawa logistik (makanan lain)  yang tidak memerlukan banyak air seperti mie.
-. Lakukan pendakian (ojek)  pagi hari sebelum pukul 07.00 jika teman-teman ingin cuma 2 hari pendakian. 
-.  Rekomendasi camp di demit atau mayit.
-. Summit bisa dilakukan pukul 05.00 jika dari demit atau 06.00 jika dari mayit jika teman-teman ingin 2 hari pendakian.
-. Laporkan jelas kapan mulai dan akhir pendakian.
-. Jangan melakukan solo hikking.
-. Tetap gunakan pakaian yang safety karena suhu sudah cukup dingin, lembab serta banyak ranting sepanjang jalan yang dapat melukai kulit. 
-. Durasi turun memang lebih cepat dari pendakian hingga perbandingan 1:3 tapi untuk dari sumur ke motor durasi hampir sama karena masih banyak jalan landai. 
-. Bisa juga menggunakan jasa guide atau porter lokal,  untuk guide lokal sendiri saya rekomendasikan @achmad_faesol yang aku gunakan dalam pendakian pertama saya tahun lalu hihihi. 



0 Response to "Pendakianku di Gunung Raung via Sumberwringin Bondowoso, (Informasi Pendakian, jalur, rute, tiket) "

Post a Comment

jangan diisi

iklan dalam artikel

iklan display

Iklan dalam feed